1. The Liver
Ada seorang anak lelaki bernama Tommy. Dirinya baru saja mendapat amukan dari ibunya karena nilai rapotnya merah, ini membuatnya dihukum untuk tetap diam di rumah selama akhir pekan. Saat sedang menjalani hukumannya, ibu Tommy menyuruhnya untuk membeli hati sapi untuk makan malam.
Ibu Tommy menginginkan makanan lezat untuk menyambut CEO perusahaan dimana suaminya bekerja. Dirinya harus membuat kesan baik di kunjungan pertama sang bos besar. Tommy pun segera membelinya, namun saat dalam perjalanan ada teman Tommy yang mengajaknya bermain kasti.
Tanpa pikir dua kali Tommy mengiyakannya, padahal Ibunya sudah memperingati untuk tidak mampir kemana-mana dulu. Namun Tommy melanggarnya, ‘kalau hanya telat 15 menit saja, ibu tidak akan marah’ pikirnya.
Tak terasa, Tommy sudah telat setengah jam dan belum membeli hati sapi yang diminta oleh Ibunya. Panik, Tommy pun mengayuh sepedanya ke pertokoan terdekat. Sayang seluruh toko sudah tutup Tommy pun bingung bukan kepalang.
Dia tidak mau lagi dimaki oleh Ibunya karena ini dan pikiran licik Tommy pun muncul. Dia ingat kalau beberapa hari yang lalu, Kakeknya baru saja meninggal. Tommy ingin mengambil hati kakeknya saja untuk mengganti hati sapi yang lupa dibelinya.
Lantas ia mengendap kerumah, mengambil cangkul dan pergi ke kuburan Kakeknya yang masih basah. Setelah berhasil menggali dan menemukan mayat Kakeknya, Tommy segera mengoyak badan Kakeknya itu sehingga dia bisa mengambil hatinya. Berhasil! Tommy akhirnya pulang ke rumah, memberi ‘hati’ sapi pada Ibunya.
Tak selang berapa lama hati sapi pun selesai dimasak dan siap dihidangkan. Seluruh anggota keluarga mulai makan malam bersama dengan bos besar Ayah Tommy. Rasa hati sapi buatan Ibu Tommy diacungi jempol oleh semuanya. Kecuali Tommy yang enggan memakannya.
Setelah malam mulai larut, Tommy pun tidur. Dalam tidurnya, Tommy samar-samar mendengar suara rintihan ‘dimana hatiku? Dimana hatiku?’ terus menerus. Saat Tommy membuka mata, alangkah terkejutnya dia mendapati Kakeknya ada di depannya dengan isi perut yang terburai dan mengeluarkan bau busuk.
Tommy tidak bisa menjerit saking takutnya. Kakeknya pun bertanya sekali lagi, ‘dimana hatiku?’, lantas dengan terbata-bata, Tommy menjawab, ‘kami memakannya…’ Malam pun berlalu. Tiba-tiba keesokan paginya, suara melengking terdengar nyaring dari kamar Tommy. Ibu Tommy menemukan anaknya sudah terbujur kaku dengan perut terkoyak dan hatinya sudah hilang.
2. Human Can Lick Too, Honey !
Seorang gadis remaja ditinggal orang tuanya pergi ke luar kota karena ada urusan keluarga. Dirinya diminta untuk menjaga rumah. Gadis ini tidak keberatan karena ada anjing kesayangannya yang siap menemani sepanjang waktu. Belum lagi dia bisa bebas melakukan apa saja tanpa larangan dari kedua orang tuanya.
Malam pun datang. Sehabis menonton beberapa film, gadis ini pun sikat gigi dan tidur. Anjingnya mempunyai kebiasaan untuk menjilati jari jemari tuannya sampai tertidur. Gadis ini pun segera menjulurkan tangannya untuk dijilati hingga tertidur.
Gadis ini sempat terbangun karena mendengar suara tetesan air di wastafel kamar mandi. Dirinya bingung, ‘Mengapa airnya terus keluar? Padahal setelah sikat gigi tadi aku sudah mematikan kerannya’. Rasa kantuk membuatnya enggan untuk memeriksa kamar mandi, ia pun kembali tidur.
Jari-jemarinya kembali dijilati. Sampai keesokan harinya, gadis ini melongok ke kamar mandi dan… Anjing kesayangannya sudah mati tergantung kabel shower di atas wastafel. Darah dari mulutnya menetes ke dalam bak wastafel. Di kaca tertulis, ‘Manusia juga bisa menjilat, sayangku’.
3. Claps
Sepasang suami istri sedang hiking dan tak sengaja masuk terlalu dalam ke hutan sehingga mereka tersesat. Hari pun semakin gelap, ini membuat mereka tidak bisa berjalan lebih jauh karena akan membahayakan mereka. Dengan asa yang tersisa sedikit, sepasang suami istri tersebut mencoba menapaki jalur setapak secara perlahan. Mereka harap ada jalan keluar yang bisa mereka temui.
Beruntung, saat sedang meraba dalam kegelapan, mereka bisa melihat sekilas bayangan pondok di tengah hutan. Mereka pun segera masuk. Pondok itu masih terlihat kokoh walaupun sudah tua. Banyak perabotan yang tersusun rapih namun berdebu.
Sang Istri bingung lantas berpikir mengapa penghuninya meninggalkan barang-barang bagus seperti ini, namun sang Istri tak ambil pusing. Dia beranggapan kalau pemilik pondok itu adalah orang kaya yang tak terlalu memikirkan soal furniture miliknya. Karena lelah, sang istri mengajak suaminya segera tidur supaya besok pagi mereka bisa keluar hutan.
Saat akan terlelap, sang suami mendengar ada derap kaki yang mengelilingi rumah. Sang suami pun membuka jendela dan berteriak, ‘Siapa di sana?’. Namun keadaan sepi, tidak ada yang membalas pertanyaannya. Akhirnya sang suami kembali berbaring. Belum ada semenit suara langkah itu terdengar lagi, kini semakin keras.
Sang suami kembali membuka jendela dan bertanya untuk kedua kalinya, ‘Apa di sana ada orang?’. Lagi-lagi hanya angin yang menjawab. Melihat hal itu, sang istri mengutarakan pikirannya ‘Mungkin dia tidak bisa berbicara’. Merasa perkataan sang istri benar, sang suami mencari ide untuk berkomunikasi dengan sesorang diluar sana.
‘Apa ada seseorang di situ? kata sang suami yang mendapatkan ide, “Tepuk tanganmu sekali jika ‘ya’ dan tepuk tanganmu dua kali bila ‘tidak’.
Tak lama, terdengar suara tepukan ‘claps!’
Lalu ia bertanya lagi, ‘Apa kamu pemilik pondok ini?’
‘Claps. Claps’,
‘dia bukan pemilik pondok ini’, bisik sang istri sembari menoleh ke arah suaminya.
Sang suami bertanya kembali, ‘Apa kamu laki-laki?’
‘Claps. Claps’
‘Apa kau perempuan?’
‘Claps. Claps’
Mereka bingung. Dengan sedikit ketakutan, sang suami mencoba bertanya lagi.
‘A, apa kau manusia?’
‘Claps. Claps’
Sang suami kaget bukan kepalang, istrinya langsung merengkut suaminya. Keringat dingin mulai menetes.
‘Apakah kau sendirian?’, tanya sang suami dengan suara bergetar.
‘Claps. Claps’
‘Ada berapa banyak teman yang bersamamu saat ini? Satu tepukan untuk setiap temanmu…’ Dan jawabannya…
‘Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps.’
4. I Know
Seorang bocah sedang tertidur lelap saat suara gaduh terdengar dari luar pintu kamarnya. Pertama, si bocah lelaki ini tidak menghiraukannya, namun lama kelamaan, suara ini semakin keras sehingga membangunkan bocah tersebut. Penasaran, bocah tersebut bangun lantas mencoba mengintip lewat lubang kunci untuk mencari tahu suara apa itu.
Betapa terkejutnya bocah itu saat dirinya melihat seseorang yang asing sedang memanggul Ayahnya yang sudah dibantai. Merasa tak percaya, bocah tersebut menunggu lagi orang asing tersebut. Tak lama menunggu, pembunuh itu kembali ke lantai 2 dan turun lagi ke lantai 1. Kali ini dia menggotong mayat Ibunya.
Bocah tersebut tercekat. Dia tak bisa menjerit. Dia sangat ketakutan. Bocah tersebut akhirnya lari ke tempat tidur dan menyelimuti seluruh badannya. Nafasnya kini menderu. Beberapa saat setelah dirinya berbaring, ada suara garukan di pintu, terdengar seperti ada yang sedang menulis.
Bocah malang tersebut menangis. Suhu badannya turun drastis. Tak selang berapa lama, pembunuh tadi masuk ke kamar bocah tersebut. Bocah lelaki itu berpura-pura tertidur dan berharap pembunuh itu segera pergi. Namun harapannya pupus sudah; bukannya pergi, pembunuh tersebut malah merangkak dan masuk ke kolong tempat tidur sang bocah tersebut.
Suara nafas pembunuh itu bisa terdengar dari bawah tempat tidur, membuat keadaan semakin mencekam. Dalam keadaan super takut, sang bocah memberanikan diri membuka sedikit selimut yang menutupi seluruh badannya. Apa yang ia lihat menjadi tulisan terakhir yang ia baca.
‘Aku tahu kau sudah bangun‘
5. Clown
Ini adalah cerita urban legend yang diambil dari kejadian nyata. Seorang rookie bernama Lee Da-In sedang berusaha untuk memulai debut pertamanya sebagai aktris. Dia tidak henti-hentinya berlatih supaya bisa menampilkan kualitas aktingnya yang mumpuni.
Setelah latihan, tiba-tiba ada sms masuk ke ponsel miliknya dari nomor yang tak dikenal. Isinya, ‘The Best Actress of The Year: Lee Da-In – 486’. Melihat isi sms itu, Lee Da-In merasa tersanjung. Maklum saja, saat itu dia belum terlalu terkenal, namun sudah ada seseorang yang menyemangatinya sampai seperti itu.
Tanpa ragu, Lee Da-In membalas pesan singkat tersebut. ‘Kau baik sekali. Terima kasih. Tapi apa yang kau maksud dengan ‘486’?’. Tak lama kemudian sms balasan tiba; ‘itu artinya aku mencintaimu’.
Sms pun sering masuk kedalam ponsel Lee Da-In. Awalnya sms tersebut berisi kalimat yang membuat dirinya semangat. Tapi, beberapa lama kemudian, isi sms tersebut menjadi mengerikan. Suatu hari, Lee Da-In ada sebuah wawancara, dia memakai baju warna merah.
Apa kalian tahu apa yang dilakukan oleh si ‘486’? Dia mengirim pesan, ‘Kau cantik sekali dengan baju warna merah – 486’. Merasa ketakutan, Lee Da-In meminta managernya selalu menemaninya hingga dia pulang.
Sms lainnya pun masuk, ‘Kau sudah pulang ? Hati-hati yah… Tapi, siapa pria yang bersamamu itu ? – 486’. Ini membuat Lee Da-In ketakutan setengah mati. Pasalnya selama ini ada yang terus mengikuti dan memperhatikan dirinya.
Merasa terancam, Lee Da-In mengganti nomor ponselnya. Tak selang berapa lama, ada sms masuk; ‘Selamat atas nomor barunya – 486’. Karena sudah terlalu takut, Lee Da-In pindah ke rumahnya sendiri. Di sana dia merasa aman. Dia pun bisa kembali melakukan aktifitasnya. Sms teror itu pun berhenti… Hanya sementara.
Sehabis mandi, ada lagi pesan yang masuk. Namun kali ini berupa pesan gambar (MMS). Dengan takut, Lee Da-In membuka MMS tersebut. Isinya adalah seseorang memakai topeng badut sedang berputar-putar dalam ruangan. Lee Da-In tercekat; bukan karena ketakutan melihat badut. Melainkan melihat ruangan yang dipakai si badut untuk berputar-putar. Kamar Lee Da-In sendiri.
Source : BACATERUS.COM